kreasi mama dias dimas
Jumat, 07 Juli 2017
Minggu, 16 September 2012
renungan
Oleh : Ahmad Bustam
|
Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah
sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.
Seorang laki-laki berjalan
tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada
khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah
khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar
sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya
pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah.
Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu
mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Umar bin
Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel?
Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada
siapapun?
Umar berdiam diri karena ingat 5
hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?
1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata.
Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan
berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang
tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam
dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal;
syahwat.
Adalah sang istri yang selalu
berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai
buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora.
Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan:
dunia dan akhirat.
Maka, ketika Umar terpikat pada
liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada
penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang
istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah.
Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih
dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari
nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh.
Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu
begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang
dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang
selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata,
bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara
selama 24 jam, tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang
untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki
yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit
menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat
betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri,
karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari
semakin membebani.
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga
penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka
baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami
punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa
yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada
yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak
mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu
4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang
istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih
hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga
merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan
pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas
membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya
begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari
sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah
di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk
mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam
panggang kecap, sayur asam, sambal terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya
harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga
melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan
memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu
agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan
jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa
perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam
memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini,
Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh
dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha
membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya,
mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan
hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat
kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila
istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara
yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci
maki tak terpuji.
Akankah suami-suami masa kini
dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi
juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
WallahuAlam.
Sumber : http://www.dudung.net/artikel-islami/renungan-untuk-suami-suami-bila-istri-cerewet.html |
Read more at http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2011/11/renungan-untuk-suami-suami-bila-istri.html#S6tL1hUO2qC6glQR.99
Kamis, 13 September 2012
nasi box
monggo diorder...
minimal pesanan 20 kotak....
untuk ngawi kota siap antar...
cp : 0856 3493093 / 0351 - 749317
terima kasih....
cp : 0856 3493093 / 0351 - 749317
terima kasih....
Langganan:
Postingan (Atom)